Oleh: Hanif Marjuni - Manager Corporate Share Value (CSV) I.League
MINGGU, 26 Oktober 2025, GOR Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM). Siang itu, suasana luar GOR Pancasila tak berbeda jauh dibandingkan pekan-pekan sebelumnya. Seperti biasa, banyak mahasiswa-mahasiswi UGM yang sibuk dengan urusan olahraga. Ada yang sekadar berolahraga, atau ikut turnamen.
Kebetulan, siang itu ada turnamen futsal antar Fakultas di UGM. Turnamen futsal tersebut bagian dari Porsenigama, sebuah wadah bagi pelajar UGM untuk bersaing di bidang seni dan olahraga.
Nah, pada jeda beberapa pertandingan turnamen futsal antar fakultas itu, ada kegiatan yang bertajuk BRI Goes to campus. Itu merupakan agenda yang diselenggarakan I.League dengan BRI sebagai sponsor utama Super Laegue 2025/26. Agenda ini sama dengan hajatan sebelumnya di Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Negeri Padang (UNP), bulan lalu.
Kurang lebih 400 mahasiswa dan mahasiswi hadir di acara BRI Goes to Campus di UGM. Mereka menyimak rangkaian acara yang tujuannya menginformasikan bahwa kompetisi sepak bola Indonesia telah menjadi industri dalam skala besar. Dalam hal ini, sepak bola telah membuka banyak lapangan kerja yang cukup menjanjikan.
Nah, ada sisi lain yang berbeda di hajatan BRI Goes to Campus kali ini. Sekadar menginformasikan, setiap agenda Goes to Campus selalu menghadirkan perwakilan pemain dari klub BRI Super League yang ada di kota tersebut.
Contohnya ketika di UNP Padang, dihadirkan Rosad Setiawan dan Alhassan Wakaso, dua pilar Semen Padang FC. Sedangkan di UM Malang, dihadirkan Ian Puleio, striker Arema FC.
Khusus Yogyakarta, berbeda. Perwakilan pemain yang hadir, tak melulu dari klub BRI Super League. Tapi, ada perwakilan tim dari kasta kedua. Hadir Ze Valente yang mewakili PSIM Yogyakarta yang berlaga di BRI Super League 2025/26. Lalu, hadir pula Gostavo Tocantins yang mewakili PSS Sleman yang berlaga di Pegadaian Championship 2025/26.
Kenapa ada dua perwakilan pemain dari kompetisi yang berbeda hadir di kesempatan sama?

Ini yang menarik. Tak ada ego, tak ada persaingan, tak ada pula iri dengki. Semua niatnya sama. Datang ke kampus untuk menyampaikan informasi soal sepak bola Indonesia. Tentu, dalam sudut pandang sebagai pemain.
Saat ini, tim dari kedua pemain itu berbeda kasta. Mereka juga berbeda home base maupun asal muasal suporternya. PSS Sleman punya banyak pendukung di sekitar Sleman dan sekitarnya. Sementara PSIM punya pendukung militan di kawasan kota Yogyakarta. Pendukung kedua tim juga sama-sama ribuan jumlahnya.
Meski begitu, kedua tim memiliki kesamaan, berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah ini terdiri dari empat kabupaten (Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan Kulonprogo) dan satu kotamadya Yogyakarta.
“Saya sudah paham dengan sepak bola Yogyakarta,” bilang Ze Valente yang memang pernah berseragam PSS Sleman. “Saya betah dan menikmati klub ini,” tambah Tocantins yang musim lalu memperkuat PS Barito Putera.
Mengingat ke belakang, pasca tragedi Kanjuruan pada awal Oktober 2022, muncul gerakan yang bertajuk Islah Mataram. Itu merupakan misi perdamaian antara suporter dari klub-klub sepak bola di wilayah Mataram, seperti PSIM Yogyakarta, PSS Sleman, dan Persis Solo. Mereka sepakat untuk mengakhiri rivalitas negatif antar suporter.
Dengan begitu, kehadiran Ze Valente dan Tocantins merupakan bukti kongret dukungan terhadap niat Islah Mataram tersebut.
Ide untuk menghadirkan dua pemain dari dua klub yang berada di Yogyakarta itu memang spontan. Muncul dari para panitia yang berpartisipasi dalam BRI Goes to campus. Tentu, panitia dari kalangan kampus.
Harus diakui, itu ide brilian yang secara gamblang menunjukkan harapan adanya toleransi dan kekompakan di antara klub yang berada di tanah Mataram. Harapan tinggi dari mereka-mereka yang bukan suporter fanatik yang selalu datang ke stadion. Tapi, pun mereka yang dari kalangan akademisi.
Tanpa bermaksud menghiperbolakan, rasanya semangat untuk menjaga kekompakan di klub-klub di tanah Yogyakarta, hampir sama dengan keinginan Jirnnodhara, nama lain Gadjah Mada.
Ia seorang panglima perang dan perdana menteri yang sangat berpengaruh pada era kerajaan Majapahit. Ia sangat terkenal dengan sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Jirnnodhara berikrar tak akan menikmati kesenangan sebelum berhasil menyatukan nusantara.